Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

I Miss You

Pilihan manusia itu bisa berubah seiring berjalannya waktu. Termasuk untuk urusan hati. Kau yang awalnya begitu memuja-muja dia, mengaguminya dalam diam, bahkan tak peduli saat dia mengabaikanmu secara terang-terangan, pada akhirnya memutuskan untuk pergi. Memilih untuk tak peduli lagi padanya. Kecewa?? Tentu saja! Manusia normal mana yang akan terus-terusan mengejar seseorang yang bertingkah layaknya patung es?? Selalu membeku, tak ada tanda-tanda bakalan mencair. Pun sebaliknya, saat kau begitu membenci seseorang, muak dengan segala tingkah lakunya, bahkan menyumpahinya dengan begitu keji, namun pada akhirnya kaupun luluh. Kau kembali membutuhkannya, merindukannya, berharap dekapannya bisa terus menghangatkanmu. Maha besar Allah yang sanggup membolak-balikkan hati manusia. Benar, ada sesuatu yang salah saat pikiranku kembali tertuju padamu. Aku, yang selama beberapa tahun belakangan ini konsisten untuk membencimu. Aku, yang kerap kali menatap jengah akan tindakan konyol yang kau g

Aku Menyerah, Aku Kalah!

Bye!

Sepertinya Aku Mulai Marah

Entah kenapa emosiku terusik saat membaca kalimat itu. Kata-kata yang singkat, tapi cukup membuat adrenalinku mencapai batas puncak. Boleh jadi itu sebenarnya bukan untukku, tapi untuk orang lain. Tapi feelingku berkata beda. Ada detak tersendiri saat sebuah sinyal halus mengusik penglihatan dan pendengaranku. Mungkin ini sudah saatnya bagiku untuk mengakhiri semua kegilaan ini. Jujur, aku kecewa. Apa salahnya jika aku hendak berkreasi dengan kata-kata? Merangkainya dalam sebuah kalimat indah - yang memang harus aku akui, inspirasi itu berasal dari kalian - kemudian menuangkannya dalam bentuk blog ataupun cerita yang saat ini tengah kugarap. Dan aku juga kecewa, saat kalian mulai mengomentari aktivitas terselubungku. Apa itu mengganggu kalian??? Terus terang, aku muak. Jangan sampai aku menuliskan kata-kata yang lebih menyakitkan untuk kalian. Jangan sampai aku menuliskan ending memilukan atas kisah kalian. Asal kalian tau, terkadang, apa yang ditulis oleh seorang penulis, itu bisa

Tentang Penyimpangan

Ada banyak jenis manusia yang terlahir ke muka bumi ini. Dan tak sedikit pula yang terlahir dengan kondisi menyimpang. Yaa, seperti mereka. Orang-orang yang kukenal. Aku tidak tahu, persisnya tidak mengerti mengapa pada akhirnya mereka memilih jalan seperti itu. Disaat jalanan yang normal terasa mudah untuk dilalui, tetapi mereka memilih untuk menyimpang, ke jalan yang jelas-jelas dianggap salah. Salahkah mereka??? Jujur aku kurang memahami tentang hal ini. Mungkin, bisa jadi, ini murni bukan kehendak mereka. Tapi alam bawah sadar mereka yang menuntun mereka untuk menjadi seperti itu. Menjadi sosok yang melenceng dari kodrat yang seharusnya. Bersikap seolah-olah mereka adalah "sosok lain" dan bahkan melakukan hal-hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh mereka. Haruskah dijauhi??? Tentu saja tidak. Menjauhi orang-orang dengan kondisi menyimpang seperti itu bukanlah suatu pembenaran. Kita semua tahu bahwasanya tak ada manusia yang terlahir sempurna. Pasti ada saja c

Air Susu Dibalas Air Tuba

Tidak selamanya benar jika kita berbuat baik pada seseorang, maka orang itu juga akan berbuat baik pada kita. Pun jika kita memperlakukan orang dengan baik, belum tentu orang lain juga akan melakukan hal yang sama dengan kita. Semua tergantung dari jenis manusia-manusianya. Boleh jadi kita tergolong manusia yang super sibuk, banyak kerjaan. Tapi, pantaskah jika kita memperlakukan tamu dengan cara yang "super sibuk" pula?? Tentu kita semua pernah mendengar istilah "tamu adalah raja". Sudah selayaknya kita sebagai tuan rumah memperlakukan tamu dengan sebaik mungkin. Tak peduli dia siapa. Tidak berat sebelah alias tidak memihak pada orang-orang tertentu. Misal, pada si A kita sungguh perhatian sedangkan pada si B kita acuh tak acuh. Okelah jika kita agak kurang suka dengan si tamu tersebut. Tapi, haruskah kita memperlakukannya dengan tingkah yang sangat asing?? Jika kalian punya perasaan, coba posisikan kalian pada posisi si tamu yang kalian acuhkan tersebut. Bagai

Tentang Kebohongan

Berbohong demi kebaikan. Kurasa tidak ada yang salah dengan kata-kata tersebut. Disaat kau dalam kondisi terdesak dan tak ingin terjadi sesuatu yang buruk, berbohong adalah jalan terbaik. Memang kedengarannya pengecut sekali. Tak mau mengakui kesalahan hanya demi sebuah kedamaian. Tapi, jika ini urusannya menyangkut orang yang kau sayang, jalan ini harus kau ambil. Mau tak mau, suka tak suka. Kau tentu tak mau menghadirkan kekecewaan yang bertubi-tubi, bukan?? Tentu saja. Tidak ada manusia yang ingin mempersembahkan kekecewaan, kesakitan dan kesedihan untuk yang kesekian kalinya. Meski telah berjuang mati-matian, menekan ego, bahkan berusaha untuk mengalah pada kehendak orang lain, tapi yang namanya kekecewaan sangat sulit untuk dilawan. Apalagi jika ternyata garis takdir tidak menuliskannya untukmu, tentu akan semakin mempersulit keadaan. Sedih?? Tentu saja. Mau menangis berton-ton pun tak akan pernah mengubah keadaan. Disaat kau dituntut untuk menceritakan hasilnya, sementara kau

Tentang Jodoh

Kau tahu, aku tidak pernah menyesali perpisahan ini. Yaa, bohong jika aku bilang aku tak sakit hati. Bohong jika aku bilang aku tak merasa sesak saat mengucapkan kata perpisahan itu. Bohong jika aku bilang aku tak cemburu jikalau kelak engkau akan menemukan pengganti diriku. Semua bohong. Tapi, haruskah aku mengalah "lagi" demi ketakutan dan bayangan luka yang tak berfaedah itu??? Ini benar-benar sudah di puncak lelahku. Mempertahankan sesuatu yang jelas-jelas tidak akan pernah berkembang ke arah manapun merupakan suatu kesia-siaan belaka. Jika aku harus terus mengalah hanya karena aku takut terluka, takut cemburu, kapan drama ini akan berakhir?? Kapan???? Kita sudah sama-sama dewasa. Dan kita sudah sama-sama menyadari bahwa hubungan diantara kita ini benar-benar tak sehat lagi. Mau diperbaiki dengan cara apapun, tetap tidak akan pernah mengubah keadaan. Tetap akan seperti ini dan terus mengulang sejarah yang sama. Aku tau kau kecewa. Akupun juga sama. Tapi mau bagaimana

Cerita Tentangmu... (Bag. 3)

"Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi tak bisa kau rencanakan cintamu buat siapa. Menikah itu nasib, mencintai itu takdir" - Sudjiwo Tedjo Pepatah itu mungkin benar adanya. Ketika suatu hari nanti kau memutuskan untuk menikah dengan seseorang, tapi nyatanya, jauh di dasar hati yang paling dalam, yang tak bisa terjamah oleh tangan-tangan manusia biasa, kau menyimpan nama seseorang. Kau mengukirnya dengan begitu indah. Dengan bahasa yang hanya bisa diartikan oleh dirimu sendiri. Dengan isyarat yang tak kasat mata. Ya, itulah cinta. Cinta rahasia. Pengagum dalam diam. Pengamat dalam keheningan. Dan kehilangan itu merupakan sesuatu yang pasti. Itu juga benar. Dalam hidup, setiap kali kita menghela nafas, selalu ada yang datang dan pergi. Begitupun dengan cinta. Kita tak pernah tau kapan cinta itu akan datang, dan kapan pula cinta itu akan pergi. Seperti halnya aku, yang berkomitmen untuk mencintaimu sejak 2 tahun lalu, berkomitmen untuk menerima semua kekuranganmu, berkom

Tentang Takdir

Sesungguhnya aku tidak mau mempercayai ramalan, karena percaya pada sesuatu yg seharusnya menjadi rahasia Tuhan, merupakan suatu tindak kesyirikan. Sungguh, aku tidak mau di cap sebagai manusia yg syirik, yg lebih percaya pada perkataaan antar manusia ketimbang mempercayai kuasa Tuhan yg sesungguhnya. Tapi, entah kenapa, tiap kali pikiran itu terbersit, aku mendadak menjadi takut. Sungguh, aku takut sekali. Tuhan, aku tahu, ini tidak benar. Aku mencemaskan sesuatu yg masih menjadi misteri di masa depan. Aku menakuti sesuatu yg jelas-jelas akan menimpa setiap manusia yg hidup di muka bumi ini. Yaa, kehilangan! Aku takut kehilangan! Apalagi jika yg hilang itu adalah sesuatu yg selama ini aku jadikan pijakan. Sesuatu yg selama ini selalu melindungiku, menyelamatkanku dari jurang yg pernah menenggelamkanku, yg rela menekan egonya demi aku, yg begitu sabar dalam menghadapi keegoisanku yg tak pernah mau mengalah dgn keadaan. Tuhan, apa aku akan sanggup jika sesuatu itu akan benar-benar meng

Untuk Apa???

Teruntuk kau pria masa laluku, Kita tahu bahwa antara kita tak akan pernah berkembang ke arah yang lebih serius. Dan kita juga sudah sadar bahwa tak akan ada kata "happy ending" untuk hubungan yang pernah kita jalin di waktu dulu. Lantas, apa yang masih ingin kau pertahankan?? Padahal sudah jelas semesta telah menolak bahkan mungkin mengharamkan hubungan ini. Kita tak akan pernah bisa bersatu! Miris. Miris memang. Benar kata orang-orang, tidak baik memaksakan sesuatu yang memang pada dasarnya tidak bisa disatukan. Akan ada pihak-pihak yang tersakiti karena pemaksaan tersebut. Seperti kita contohnya. Harusnya dari dulu kita menyadari bahwa tak ada garis jodoh di antara kita. Semua petunjuk itu sudah jelas. Namun pada waktu itu kita masih memaksakan kehendak untuk tetap berpacaran. Dan lihat sekarang??? Apa kita bisa melangkah ke jenjang pernikahan??? Apa masih ada cara bagi kita untuk benar-benar bisa bersatu secara halal di mata Tuhan??? Tentu saja, jawabannya sama, suda

Karma Does Exist!

Apa yang kau tanam, maka itu pula yang akan kau tuai. Jika kau melukai seseorang, maka kelak kau pula yang akan disakiti. Pun jika kau merampas milik orang lain, maka suatu saat punyamu juga akan dirampas oleh orang lain! Hidup ini berputar, bung! Jangan pernah beranggapan bahwa apa yang sudah kau miliki hari ini, tak akan pernah pergi meninggalkanmu, tak akan pernah enyah dari genggamanmu. Jangan pernah, bung! Jangan pernah! Terlebih lagi jika apa yang kau miliki itu hasil dari merampas kepunyaan orang lain! Heii, tentu kau tau apa itu karma, bukan?? Jadi jangan terlalu bangga dengan apa yang dulu pernah kau perbuat, sampai-sampai tanpa sadar kau sudah membuat orang lain terluka. Jangan terlalu percaya diri dengan hasil rampasanmu itu! Apa kau tak pernah takut jika saja suatu saat nanti hasil rampasanmu itu tiba-tiba dirampas pula oleh orang lain??? Pernahkah kau terbersit akan hal itu, bung??? Hohohooo... Sepertinya manusia sepertimu ini tidak pernah takut akan munculnya karma y

Akhirnya Aku Tau Siapa Kau!

Sudah sepantasnya aku bersyukur atas kunjungan silaturahmi salah satu teman terdekatku, Ms. W, tadi siang bersama teman-temannya. Seandainya tadi dia tidak datang, mungkin aku tidak akan pernah tahu apa yang ada di dalam otak pria tersebut. Yaa, pria yg waktu itu begitu rajin singgah di mimpiku, dengan raut muka masam tentunya. Sebenarnya tadi aku tidak berniat sama sekali mau membicarakan soal patung es itu. Tapi karna dipancing, mau tidak mau aku harus merelakan telinga ini untuk mendengarkan kabar yang kurang mengenakkan tersebut. Ms. W itu kerja di salah satu kantor kelurahan yang ada di Palembang ini. Berurusan dengan banyak orang sudah menjadi pekerjaannya sehari-hari. Dan kebetulan, pada suatu hari, Ms. W ini kedatangan 1 customer, yang tidak lain tidak bukan si patung es tersebut. Entah ada urusan apa patung es tersebut datang ke kantor kelurahan, yang jelas, atas kunjungannya tersebut, memancing kekepoan sahabatku si Ms. W tersebut untuk bertanya, "Kamu kenal Mia??"

Tentang Pengkhianatan

Setelah ku ingat-ingat, sejauh ini, ternyata sudah 3 kali aku dikhianati oleh mereka yang aku anggap sebagai sahabat. Pernyataan mereka kepadaku sama, mereka sama-sama memintaku untuk stay disini. Tapi pada kenyataannya, begitu aku mati-matian memilih mereka dan kemudian memutuskan untuk stay disini, mereka malah mengkhianatiku. Mereka hilang, dan menganggap aku seolah tak ada. Inikah yang dinamakan karma???? Dulu, aku pernah menolak sebuah pernikahan yang ditawarkan padaku. Aku menolak dengan dalih "aku masih terlalu muda untuk menikah", "aku masih ingin bersenang-senang", "aku masih ingin berkarir dan melanjutkan pendidikan". Tapi sekarang, sepertinya aku mulai menyesali penolakan itu. Seandainya waktu itu aku mengiyakan ajakan pernikahan itu, mungkin sekarang aku tak perlu merasakan sakitnya dikhianati oleh sahabat-sahabatku sendiri. Sakit loh, sakit sekali! Di saat kita berharap mereka benar-benar membutuhkan kita disini, tapi nyatanya, semua itu

Sekali Lagi, Mimpi Tentangmu...

Benar, kau bahagia dengannya? Benar, kau meraih kesuksesan saat bersamanya? Aku masih sulit untuk percaya. Setelah tadi pagi kau lagi-lagi muncul dalam mimpiku, memberikan petunjuk itu, aku agak sedih melihatnya. Entahlah. Dari apa yg kusaksikan, aku merasa, jarak di antara kita akan semakin menjauh -- bukannya semakin mendekat seperti yg kuharapkan. Beginikah jawaban dari kerinduan yang membuncah itu?? Jujur, aku tak pernah berharap kau akan terus melangkah bersamanya. Aku ingin kau berpisah dengannya! Yahh... kedengarannya memang begitu kejam, tapi aku ini berbicara apa adanya. Aku ingin sekali suatu saat nanti kau segera berpaling darinya, dan tentu saja, setelah itu, kau kembali mengulurkan tanganmu ke arahku. Aku masih mengharapkanmu! Hei, lihatlah! Lihat dengan mata hatimu! Aku masih menunggumu! Menunggu dengan segenap kesetiaan yang mungkin akan kau anggap sebagai tindak kesintingan. Aku memang terlihat sinting -- tepatnya sekitar setahun yang lalu, saat aku menyadari kau

Izinkan Aku yang Pertama Pergi...

Tuhan... Kau tahu betapa aku lelah menghadapi semua ini. Aku lelah karena tiap kali selalu mempersembahkan kekecewaan pada mereka yang berharap lebih, pada mereka yang aku sakiti berulang-ulang kali. Aku benar-benar lelah, Tuhan. Aku merasa gagal. Tiap kali kutatap wajah-wajah yang ku kecewakan itu, kesakitanlah yang pertama kali kurasakan. Yaa, begitu perih. Bak luka basah yang disirami air garam. Amat menyayat hingga ke tulang. Sakit, sakit dan sakit. Tanpa penawar apapun yang bisa menghilangkan rasa sakit itu. Tuhan... Terkadang aku penasaran, kira-kira sampai kapan aku harus hidup?? Sampai kapan aku harus menahan semua kesakitan ini?? Ini luar biasa perih, Tuhan! Perih sekali. Aku sudah muak menggunakan topeng-topeng kemunafikan itu di mukaku! Muak! Amat muak! Aku ingin bebas. Aku ingin sekali terlepas dari jerat menyakitkan itu. Tapi kapan??? Kapan, Tuhan???? Ya Tuhan.... Seandainya boleh, izinkan aku untuk pergi menghadapMu terlebih dahulu. Kumohon.... Karena kekuatanku ben

Mimpi Tentangmu...

Sudah tak terhitung lagi berapa kali kau hadir dalam mimpiku. Apakah itu hanya suatu kebetulan atau mungkin efek dari rindu yang tak terbendung. Ya, rindu yang berbaur dengan sesaknya dada ini. Sesak saat memikirkan kau tak ada lagi di sisiku, sesak saat aku mengingat kembali semua kenangan yang pernah terjadi di antara kita. Ya, aku masih merasakan itu semua. Sampai saat ini. Sulit untuk dihentikan. Mungkin kalian bosan dengan tulisanku yang kerap kali membicarakan mimpi tentangnya. Tapi percayalah, itu benaran terjadi. Patung es itu begitu rajin singgah di mimpiku. Tanpa perlu ku undang. Dia hadir, dengan raut yang sama sekali tak bisa bilang ramah. Ya, sosoknya begitu dingin. Sedingin es di kutub selatan. Selalu seperti itu. Tak pernah berubah. Begitu dalamkah bencimu padaku sampai-sampai dalam mimpi pun kau tak sanggup untuk tersenyum ramah?? Kau begitu acuh, begitu angkuh. Kau ada, tapi seolah tidak ada. Kau melihatku, tapi berlalu begitu saja. Kau tahu, sikapmu yang seperti i

Ketika Kekepoan Kau Anggap Cinta

Apa kau sudah gila, wahai siluman masa laluku??? Sebegitu kurangnya kasih sayang yang kau dapatkan sampai-sampai kau menganggap aksi spy ku sebagai cinta??? Kesintingan macam apalagi itu! Kau tahu, betapa membuncahnya emosi ini kepadamu? Dan kau tahu, betapa aku menyimpan dendam yang menggunung terhadapmu? Jadi apa itu yang kau sebut "cinta"??? Sedikitpun aku tak memiliki rasa lagi padamu. Semuanya hambar. Sehambar drama yang selama ini sering kau lakonkan di hadapan para penonton setiamu! Yang ada kini hanyalah perasaan dendam. Aku begitu membencimu. Amat sangat membencimu. Barang setitikpun aku tak bisa melihatmu hidup bahagia. Yah, itulah kenapa aku masih mengintaimu diam-diam. Karena aku benci kamu!!! Aku membenci kamu! Aku mendendami mu! Jadi tolong hentikan semua perkataan konyolmu itu! Aku tak lagi mencintaimu. Namamu sudah lama terhapus dari hati ini! Bersih! Bahkan bayangannya pun sudah lenyap sama sekali. Aku mengintaimu karena aku dendam! Aku tak ingin melihatm

Ikhlaskan...

Mungkin ini sudah saatnya bagiku untuk mengikhlaskanmu. Walau sebenarnya aku sendiri tak yakin dengan keputusan yg kubuat. Aku ingin terus maju memperjuangkanmu, menarikmu kembali ke sisiku, tapi sepertinya sulit. Wanita itu terlalu erat mengikatmu sampai-sampai aku tak punya cela untuk mengambil alih dirimu. Aku mencintaimu. Itu benar. Dan aku mencemburuimu dengan begitu butanya. Itu juga benar. Tapi aku tersadar, segala sesuatu itu ada batasannya. Tak mungkin aku terus-terusan berharap pada sesuatu yg nyatanya memang harus terbang tinggi. Kekuatan yg dulu kupunya, sekarang kian melemah. Aku makin tak mampu untuk mengejarmu yg terus meninggi. Aku hanya bisa menunggumu disini, berharap kau akan berbalik arah dan mengepakkan sayapmu ke arahku. Walau aku tau itu kemungkinannya sangat kecil sekali. Sekali lagi kukatakan, aku mencintaimu. Tak peduli siapa yg saat ini ada di sisimu dan bagaimana caramu memperlakukanku dengan begitu dinginnya, hatiku ini tetap memilihmu. Meski aku berkata